Langsung ke konten utama

Postingan

Diary: Kesepian

 Hello, welcome back to my blog. It has been so long time no post. My bad.  Setelah kosong melompong dan hampir dihuni dedemit, aku memutuskan untuk mengisi lagi blog ini. Bukan tanpa alasan. Sebetulnya aku sudah memiliki akun di media lain untuk menulis yg agak serius dan rencananya blog ini akan ku isi dengan curahan hatiku saja. Aku harus melakukan ini agar kepalaku tidak berisik dan hatiku tidak tercabik oleh kesendirian yang kian menyerang mentalku. Ya, aku adalah manusia ekstrovert yang harus banget mengekspresikan jatah 5000 kata perharinya. Jika tidak, bermacam-macam perasaan buruk menghantuiku, rasa kesepian, rasa diasingkan, rasa tak laku karena belum nikah. Eh.  Aku masih ingat saat pertama merasa kesepian. Ketika pindah ke Jatinangor, aku tinggal di sebuah kos yang individualis dan tidak ada teman yang ku kenal di sini. Aku semakin merasa asing lantaran hampir tak ada waktu untuk aku bertemu dengan tetangga kamarku. Pagi hari tentu kami sibuk beraktivitas, malam hari aku su
Postingan terbaru

Hanya Ketakutan Sekejap

  Memasuki penghujung masa kuliah ini, kepalaku diselimuti banyak pikiran. Tentu saja pikiran tentang skripsi, ditambah lagi tentang kehidupan setelahnya. Orang-orang menyebut hal ini sebagai quarter life crisis , yaitu masa-masa di mana seseorang mengkhawatirkan masa depannya. Tidak jauh-jauh, kekhawatiran itu seputar karir, jodoh, rejeki, dan impian-impian. Sesuai namanya, kondisi ini biasanya dialami oleh orang di usia sekitar 20-25 tahun. Ya, seperti aku ini. Ketakutanku ini semakin menjadi-jadi di saat aku memasuki fase finalisasi skripsi. Aku masih belum yakin betul setelah lulus kuliah akan melakukan apa. Pandemi covid-19 rasanya semakin memperparah ketakutanku karena berpotensi besar mengacaukan rencana-rencanaku. ' Kuliah memang berat, jadi pengangguran lebih berat' . Begitu terus kalimat yang kupikirkan. Ketakutanku ini tidak hanya soal kekhawatiran kegagalan diriku pribadi. Hal ini juga terkait dengan kemungkinan bisa atau tidaknya aku memenuhi janjiku kepada

Tercabar ketika Berbenah

  Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Tahun berganti tahun. Tak terasa diri ini sudah masuk usia kepala dua. Usia yang kata orang seharusnya sudah dewasa, tapi aku merasa masih begini-begini saja. Di sisi lain, tugas dan amanah yang kuampu, ditambah lagi melibatkan orang lain di dalamnya, menuntutku untuk lebih bijak sehingga bisa bekerja secara profesional, humanis, dan tentunya aku bisa menikmati setiap proses itu. Aku sadar betul bahwa diri yang biasa-biasa saja, tidak mengasah kemampuan emosional sehingga tidak adaptif, selalu terbentur, dan tidak belajar dari kesalahan yang lalu akan menghancurkan diriku sendiri. Aku tidak boleh begini-begini saja. Aku kemudian menepi sejenak, mengambil jarak, memberikan ruang untuk diriku bertafakur. Aku harus berubah. Aku harus menjadi pribadi yang lebih baik. Aku harus memulainya. Pernah aku bertekad ingin menjadi penyabar, namun tiba-tiba seorang teman hilang tanpa kabar, meninggalkan tumpukan tugas yang akhirnya aku-lah yang me

MISYKAT: REFLEKSI TENTANG WESTERNISASI, LIBERALISASI, DAN ISLAM

  Penulis: Hamid Fahmi Zarkasy Tahun pertama terbit: 2012 Penerbit: INSISTS dan MIUMI Jumlah halaman: xxx, 302 Buku ini merupakan kumpulan artikel Dr. Hamid Fahmi Zarkasy yang dimuat di Jurnal ISLAMIA INSISTS. Seperti judulnya, buku ini berisi paham-paham yang dibawa dalam Westernisasi dan liberalisasi pada kaitannya teradap umat Islam serta bagaimana fenomena umat akan hal tersebut. Paham-paham yang disebutkan di buku ini tanpa disadari sudah sejak lama masuk ke masyarakat. Masyarakat kita tidak sadar akan pergeseran paham mereka bahkan gagap dalam membaca masuknya paham ini. Topik-topik yang ada di buku ini dapat membantu kita membaca paham-paham tersebut secara jelas serta membangun pemahaman Islam kita dalam rangka membendung paham tersebut. Dalam buku ini kita dapat melihat hakikat-hakikat Barat dan kritik penulis terhadapnya. Buku ini disusun dalam gaya bahasa jurnalistik sehingga pembaca akan dihadapkan dengan gambaran-gambaran melalui data dan peristiwa yang pernah ad

Membasuh Luka Pengasuhan

Setiap orang menyimpan rekaman kejadian masa kecilnya yang disebut innerchild. Innerchild yang positif akan memberi pengaruh baik dalam perkembangan seseorang, yang perlu diperhatikan betul adalah innerchild negatif dalam hal ini disebut dengan luka pengasuhan. Luka pengasuhan meliputi tujuh tema, yaitu unwanted child , bullying, sibling rivalry, helicopter parenting, parent ways, broken home, dan rumah mewah. Penjelasan lebih lanjut tentang tujuh tema ini saya dapatkan dari webinar “Membasuh Luka Pengasuhan” yang disampaikan oleh Ibu @diahmahmoed77.   Saya mengikuti dua kali webinar bersama beliau dengan judul yang sama. Pertama adalah webinar yang diadakan oleh @mommischology (sebuah platform di Instagram) dan oleh Dandiah Care Center. Di webinar pertama saya dikenalkan dengan luka pengasuhan. Di webinar kedua dilengkapi dengan kisah tiga pejuang membasuh luka pengasuhan. Pejuang pertama mengalami kasus helicopter parenting , di mana semua keputusan terkait hidupnya ada d

Resensi Generasi Strawberry

Judul: Strawberry Generation Penulis: Prof. Rhenald Kasali, Ph.D Penerbit: Mizan Tahun Terbit: 2017 Jumlah Halaman: 279 halaman Resensi oleh: Afif Yati Prof. Rhenald Kasali menyebut generasi saat ini sebagai generasi strawberry. Diibaratkan strawberry, generasi saat ini terlihat bagus tapi rapuh. Bahkan digosok dengan sikat gigi saja ia bisa rusak. Padahal sikat gigi terasa lembut bagi gigi kita. Singkatnya, generasi ini cenderung lemah, malas, minim pengalaman, tidak pandai mengambil keputusan, mudah terluka hatinya, sulit keluar dari zona nyaman, dan bermental passenger. Kenapa generasi ini menjadi seperti strawberry? Penulis menyebutkan setidaknya ada tiga kesalahan dalam pembentukan generasi ini yaitu kesalahan dalam pengasuhan orang tua, kesalahan dalam pendidikan, dan kondisi lingkungan yang sudah berubah. Sebagian besar masyarakat kita memiliki kecukupan finansial untuk memenuhi segala kebutuhan anaknya. Anak-anak itu kemudian akan hidup dalam kemudahan dan

Si Corona dan Cobaan Ketamakan

Si Corona adalah sebutanku untuk menyebut virus pandemi yang saat ini sedang ‘naik daun’. Nama resminya adalah SARS-Cov-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Penyakitnya disebut Covid 19 (Corona Virus Disease 2019). Sampai di sini perkenalan diri Si Corona. Aku tidak mau menyebutkan gejalanya. Percuma. Di televisi, kulihat banyak sekali orang yang baru percaya bahaya Si Corona setelah mengalami ‘serangannya’ secara langsung. Terutama pemerintah pusat yang masih haha hihi ketika Wuhan sedang panik-paniknya. Bayangkan, tiket pesawat domestik tujuan daerah pariwisata diskon 50%. Saat Si Corona ini tiba di bumi pertiwi, mereka masih main politik tipu-tipu. Hmm, kurang menyebalkan apa mereka?!             Bagaimanapun juga, aku tidak ingin terus-terusan marah. Suara akar rumput, kaum rebahan pula, tidak akan berpengaruh apa-apa. Sebagai bagian dari kaum rebahan -mahasiswa tingkat akhir yang tinggal berkutat dengan penelitian, dilanjut rebahan- memang sebaiknya aku