Pendidikan
adalah masalah bersama. Dinamika yang ada di dalamnya selalu menarik untuk
dibahas. Setiap orang berusaha menyampaikan gagasan, ide, saran, bahkan kritik
untuk memperbaiki wajah pendidikan. Oleh karena itu, sampai saat ini kajian
tentang pendidikan belum selesai, bahkan semakin ramai.
Buku
ini adalah salah satu cara menyampaikan gagasan, ide, saran, atau kritik yang
dimaksud. Berisi catatan-catatan sederhana tapi kaya akan makna. Tentang ilmu,
sejarah pendidikan, tradisi keilmuan, pemikiran tokoh, dan juga nasehat-nasehat
orang besar yang dicatat dalam sejarah peradaban Islam.
Sebuah
refleksi pemikiran untuk mewujudkan wajah pendidikan yang lebih beradab.
Begitulah
sinopsis menarik di sampul belakang buku yang berjudul “Catatan Pendidikan”.
Buku karya Muhammad Ardiyansyah ini adalah sebuah buku pemikiran pendidikan
versi ringan setebal 154 halaman yang dicetak di kertas HVS putih ukuran A5.
Secara
fisik dan redaksi, buku ini sangat cocok untuk pembaca pemula atau pembaca yang
mengkhususkan sedikit waktu untuk bacaannya. Ukurannya yang kecil dan mudah
dibawa membuat buku ini cocok menjadi teman bepergian atau teman menunggu. Gaya
bahasa yang ringan tapi kritis dan sarat makna cocok untuk pemikir pemula
sebagai awalan untuk membaca buku-buku pemikiran pendidikan versi lebih dalam
dan berat.
Buku
pemikiran versi ringan dan ringkas seperti ini
terkesan hanya informatif tanpa pembahasan yang memuaskan. Di buku ini
cuplikan kisah dan ibrah, serta kritik kondisi kekinian yang sebetulnya menarik
dalam pembahasan panjang, hanya disampaikan intinya saja.
Buku
ini berisi catatan-catatan pendidikan yang diperoleh penulis dari guru-gurunya,
karya-karya para ulama dan ilmuwan, serta dari hasil pemikiran sendiri.
Catatan-catatan itu dimuat dalam dua puluh bab. Pada setiap awal bab disajikan
kutipan, bagian penting (highlight), atau penggalan kisah yang dimuat di
bab tersebut. Adanya tulisan singkat di awal bab ini dapat membuat pembaca
semakin penasaran terhadap keseluruhan isi bab atau juga membantu pembaca saat
kilas ulang buku ini tanpa membaca seluruh isi bab.
********
Ibn
Rusyd, seorang uama sekaligus qadhi hanya cuti dua hari selama hidupnya, yaitu
pada hari kematian ayahnya dan hari pernikahannya. Sisanya ia habiskan untuk
mengajar, menulis, dan berfatwa.
-
Waktu adalah Ilmu
Ilmu
yang bermanfaat adalah ilmu yang membuatmu bertambah takut kepada Allah,
membuat mata hatimu semakin tajam terhadap aib-aibmu, menambah ma’rifatmu
dengan menyembah-Nya, mengurangi keinginanmu terhadap dunia, menambah keinginanmu
terhadap akhirat, membuka mata hatimu tentang rusaknya segala amalmu sehingga
engkau menjaga diri dari kerusakan itu, dan membuatmu teliti atas perangkap dan
tipu daya setan. (Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali)
-
Ilmu Nafi’ untuk Perbaikan
Pendidikan
“Bukankah
orang sakit jika tidak makan, tidak minum, dan tidak minum obat, maka akan
mati? Orang-orang menjawab “Ya”. Dia kemudian berkata “demikian juga hati, jika
tidak mendapat hikmah dan ilmu selama tiga hari, maka hati itu akan mati.”
(Fath Al-Mawshili)
-
Resepsi Perkawinan dan Majlis Ilmu
“dan
bertaqwalah kepada Allah, Allah akan mengajarmu, dan Allah mengetahui segala
sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 282)
-
Bertaqwalah! Niscaya Berilmu
Konsep
maslahah ini memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan. Oleh karena itu,
konsep maslahah harus menjadi tujuan yang harus dicapai dan diwujudkan.
(Abdurrahman Al-Nahwali)
-
Pendidikan Islam untuk Kemaslahatan
Jika
dulu Imam Al-Ghazali menulis sebuah risalahAyyuhal Walad (Hai Ananda) untuk
anak didiknya, maka sepertinya orang tua pun perlu mendapatkan risalah Ayyuhal
Walid wal Walidah (Hai Ayah dan Bunda). Karena mendidik orangtua di zaman
modern ini bisa jadi lebih susah dibanding mendidik anak.
-
Ayyuhal Walid wal Walidah
Barangsiapa
yang tidak mengetahui sesuatu hendaknya dia bertanya (kepada yang berilmu),
barangsiapa yang menemukan guru hendaknya ia mengembara (mencari ilmu). (Syeh
Ibn Ruslan)
-
Rihlah Ilmiah
“Ketahuilah!
Sesungguhnya metode pendidikan anak merupakan hal yang paling penting dan
paling ditekankan. Anak-anak itu adalah amanah bagi kedua orangtuanya. Hatinya
yang suci merupakan permata yang paling berharga, belum terukir dan terbentuk.
Ia menerima setiap ukiran dan cenderung kepada hal digiring kepadanya. Jika ia
dibiasakan baik, dan diajarkan kebaikan, maka ia akan tumbuh menjadi baik dan
bahagia di dunia dan akhirat. Ayahnya, gurunya, dan setiap orang yang
mendidiknya juga akan mendapatkan pahala. Namun jika dibiasakan dengan
keburukan, dan dibiarkan seperti binatang, maka ia akan celaka dan binasa. Dan
dosanya ditanggung oleh orangtuanya. (Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali).
-
Pendidikan Anak menurut Imam
Al-Ghazali
Barangsiapa
yang ingin berbicara tentang tafsir Al-Qur’an, ta’wil hadits secara benar, maka
wajib atasnya mempelajari bahasa Arab dan mendalami ilmu nahwu terlebih dahulu,
kokoh dalam arena I’rab (perubahan akhir kata) dan menguasai jenis-jenis
tashrif (bentuk-bentuk kata). Ilmu bahasa adalah tangga untuk menuju segenap
disiplin ilmu. Maka barangsiapa yang tidak menguasai bahasa, tidak ada jalan
baginya untuk mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Setiap orang yang ingin naik ke
atap harus terlebih dahulu menginjak tangga kemudian baru ia bisa naik.
(Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali)
-
Adab dan Bahasa Arab
Maha
Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahisekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Isra ayat
1).
-
Nilai-nilai Pendidikan dalam
Peristiwa Isra’ Mi’raj
Allah
membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir.
Keduanya berada di bawa pengawasan dua hamba yang shaleh di antara hamba-hamba
Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat pada suaminya (masing-masing), Maka
suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah;dan
dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang
yang masuk (Jahannam).” Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi
orang-orang yang beriman, ketika dia berkata: “Ya Rabbku, bangunkalah untukku
sebuah rumah di sisi-Mu dalam Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan
perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. Dia (ingatlah)
Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka kami tiupkan ke dalam
rahim-Nya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan Dia membenakan kalimat Rabbnya
dan Kitab-kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat. QS.
At-Tahrim: 10-12)
Perempuan
adalah salah satu pilar peradaban. Jika mereka baik, maka baik juga peradaban.
Jika mereka hancur, hancurlah peradaban. Sudah saatnya umat Islam sadar, sudah
waktunya Muslimah bangkit. Teladan yang baik telah Allah berikan di dalam kitab
suci-Nya. Juga sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam banyak sabdanya.
Oleh karena itu, jangan sampai salah memilih teladan.
-
Pendidikan untuk Perempuan
Kemudian
Nabi meletakkan tangan beliau kepada si pemuda itu seraya mendo’akannya: “Ya
Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya” Setelah
itupun si pemuda sama sekali tidak punya keinginan lagi untuk berzina. (HR.
Ahmad).
Islam
memahami fitrah manusia yang memiliki syahwat biologis. Sebagai manusia normal
tentu ada keinginan menyalurkan. Masalahnya, bagaimanakah menyalurkan syahwat
biologis itu? Sebagai agama yang sempurna, Islam sudah mengatur semua urusan
manusia. Termasuk urusan yang satu ini. Islam tidak membiarkan meluapkan
nafsunya sesuka hati tanpa aturan yang benar. Islam telah mengatur cara
penyaluran syahwat biologis melalui ikatan yang sacral, yaitu pernikahan.
Banyak ayat Al-Qur’an maupun hadits mendorong kaum muslimin untuk menikah.
-
Pendidikan Seks yang Beradab
“Sesungguhnya
Allah akan mengutus untuk umat ni (Islam) setiap seratus tahun seorang mujaddid
yang akan menegakkan agamanya (HR. Abu Daud).
Para
ulama adalah pembela cabanh-cabang agama (Anshar furu’ al-din), dan Asy’ariyah
adalah pembela pokok-pokok agama (Anshar ushul al din). (Syaikhul Islam Ibn
Thaimiyah).
-
Tiga Pembaharu Ahlussunnah
Imam
Syafi’I pernah ditanya seseorang, “Sejauh manakah perhatianmu terhadap adab?”
Beliau menjawab, “Setiap kali telingaku mendengar satu hal tentang adab, maka
seluruh tubuhku merasakan nikmat atas hal itu. Beliau ditanya lagi, “Lalu
bagaimanakah usaha-usaha dalam mencari adab itu?” Beliau menjawab, “Aku akan
senantiasa mencarinya laksana seoran ibu yang mencari anak satu-satunya yang
hilang.” (Imam Al-Syafi’i).
-
Kurikulum Adab dalam Syair Imam
Syafi’i
Dan
ditegahkan akan sempurna iman dengan syhadat al-Tauhid yaitu mengucap La Ilaha
Illallah selama tiada serta dengan dia syahadat al-Rasul yaitu mengucap Muhammad
Rasulullah. (Syekh Abd Al-Shamad Al-Falimbani).
Ketauhidan
seseorang menuntut adanya keimanan. Artinya, seseorang yang tidak beriman
berarti tidak bertauhid. Dan keimanan itu sendiri menuntut adanya Syariah. Seseorang
yang tidak berpegang pada Syariah sesungguhnya ia tidak memiliki keimanan dan
ketauhidan. Sedangkan Syariah menuntut adanya adab. Barangsiapa yang tidak
beradab maka tidak bersyariah, tidak beriman, apalagi bertauhid.
-
Adab dan Akidah menurut Syekh Abd
Al-Shamad Al-Falimbani
Bercita-citalah
seperti cita-cita para raja, terbanglah jiwamu setinggi-tingginya untuk
mencapai cita-cita mulia. Pandanglah kehinaan diri sebagai kekufuran. Kehinaan diri
karena tidak berilmu adalah suatu bentuk kekufuran, karena merupakan bentuk
pengingkaran terhadap anugerah Allah yang memberi kedudukan kepada manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah sangat mulia, sebagaimana tersebut pula dalam
hikmah yang lain (Kefakiran itu dekat kepada kekafiran). (K.H. Abdullah Syafi’i).
-
K.H. Abdullah Syafi’ie: Ulama Pejuang
Aku
mengirim anakku kepada engkau agar kau ajarkan dia ilmu dan engkau didik dia
dengan adab. Lalu mengapa engkau tidak menyuruhnya menuangkan air dengan satu
tangannya, dan membasuh kakimu dengan tangannya yang lain? (teguran Harun
Ar-Rasyid kepada guru anaknya).
Dengan
kesungguhan ilmu bisa dipahami
Dengan
amal ilmu menjadi bermanfaat
Dengan
ridha guru ilmu menjadi berkah
(K.H.
Ahmad Musthofa)
-
Khidmah dalam Pendidikan
Jangan
bersikap terlalu keras sampai membahayakan pikiran dan tubuhnya, dan jangan
terlalu lemah sampai ia bermalas-malasan dan akhirnya tenggelam dalam
kemalasan. Bimbinglah sesuai dengan kemampuanmu dengan cara-cara yang baik dan
lembut, tetapi jangan ragu untuk bersikap keras dan tegas ketika ia tidak memperhatikan
atau mengabaikanmu. (Pesan Harun Ar-Rasyid kepada guru anaknya).
-
Pendidikan dan Kepemimpinan
Maka
setiap orang yang mencari kimia kebhagiaan ini tanpa berbasis kehadiran
kenabian, maka ia telah salah jalan dan amalnya seperti uang dinar palsu. Ia menyangka
dirinya kaya, padahal sebenarnya ia orang yang rugi di hari kiamat kelak.
(Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali).
Dalam
jiwamu terkumpul berbagai macam sifat, di antaranya sifat-sifat binatang jinak
(Al-Bahaim), binatang buas (Al-Siba’), dan juga sifat-sifat malaikat. Maka ruh
adalah hakikatmu yang paling esensial, demikian bahwa sifat-sifat itu harus
dinafkahi dan dibahagiakan. (Imam Al-Ghazali).
-
Resep Imam Al-Ghazali Meraih Kebahagiaan
Berdoalah
kalian kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan. (QS. Ghafir: 60).
-
Kekuatan Doa dalam Pendidikan
Komentar
Posting Komentar