"Aku malu. Aku ga mau jual beras ini ke warung". Ibu diam sejenak lalu berkata, "Ya sudah, bawa beras ini ke Bu Sum. buat jajanmu besok, kan." Anak itu kembali menolak, "apalagi ke rumah bu Sum, bu. Aku malu. Pokoknya aku gamau. Aku malu. Titik."ibu menghela napas panjang lalu menaikkan suaranya, "Kenapa harus malu? kamu itu orang islam. orang beragama. lagi pula beras ini milik kita, bukan curian dan buka menjual dengan berbohong. Kamu berislam dan kamu jujur. Nda usah malulah!". Anak itu tetap diam dan tidak mau berangkat. Ibu segera mengganti pakaian sawahnya dan mengganti capingnya dengan jilbab coklat sepanjang dada. Anak kelas tiga SD itu bingung. Apa hubungannya malu dengan berislam? Apa hubungannya malu dengan berlaku jujur?Kenapa ibu ngomongnya kejauhan. Anak yang kepalanya penuh tanda tanya itu adalah saya.
Saat itu, sangat banyak hal dalam hidup saya yang tidak saya terima dan membuat saya malu. Malu kalau bawa adek kemana-mana, malu punya adek kecil lagi, malu kakeknya dipanggil Hiu, malu ga punya baju baru waktu lebaran, ,alu ini dan malu ini-itu ala-ala bocah ingusan. Mungkin saat itu ibu saya mulai gerah. Gerah dengan anaknya yang malu, tapi tak tahu malu. Lebih tepatnya tak paham cara menempatkan rasa malu.
Kemudian hari. Ibu mengajak saya ke sawah orang, diupah untuk memantu panen padi tetangga. Sekali lagi, saya jawab malu. Padahal saat itu saya sangat luang dan adek saya sudah bisa main sendiri. Ibu kembali memberi tanggapan yang sama. Saya sudah tidak kaget. Tapi ibu menambahkan penjelasan, "kenapa mesti malu, kamu orang islam, kamu orang jujur, kamu tidak sedang kafir maupun berbohong apalagi menipu dan merugikan orang. Tidak ada dosa yang sampai membuatmu malu atas hal ini. Ini bukan hal salah, jangan malu. Berislam saja sudah mengangkat derajatmu. Ditambah lagi dengan sifat-sifat baik dan menjadi rajin, maka kamu punya banyak menuai kehormatan. Ketika kamu memiliki itu semua, menjadi pembantu, tukang sapu, tukang sampah pun tidak perlu malu. Selagi itu adalah jalan yang halal dan disukai Allah."Ibu tetap berangkat sendiri. Aku berpura-pura mengerjakan prku.
Kuperhatikan pundak beliau yang perlahan menghilang, lalu aku berpikir dalam. Kuingat teman SD ku yang bergama Tionghoa. Semua agama di dunia ini tidak ada yang menjanjikan hidup setelah mati di akhirat kelak. Tak ada yang menjanjikan bahwa berniat berbuat baik saja sudah mendapat pahala, sudah terbuka jalan menuju surga. Tak ada pula yang menjanjikan bahwa ketika kamu sedekah, lalu sedekahmu dipenjangkan dengan orang yang menerima tersebut menyedekahkan kembali, lalu pahalamu akan berlipat-lipat. Matematika Allah yang sangat menguntungkan bahwa satu kebaikan akan berbuah menjadi sepuluh, lalu sepuluh terbagi tujuh, dan tujuh terbagi seratur hingga jadilah tujuh ratus kebaikan. Seorang pendosa yang sangat nista, ketika dihatinya masih ada iman pun akan masuk surga. Kenapa harus malu melakukan hal baik? Kenapa harus malu dengan tanggapan dan penilaian? kata ibu, komentar-komentar orang, bukan itu yang akan menyeamatkan kita. Jangan terlalu peduli.
Iya. Kenapa aku jadi malu? Seharusnya aku malu karena sebagai siswa MTs aku belum menyempurnakan jilbabku, setahun ini belum mengkhatamkan tilawahku, membedakan sin dan shad pun aku ragu, malu karena tidak banyak membantu ibu, bahkan aku tak tau kemuliaan yang dijanjikan dalam agamaku. Harusnya aku malu akan hal itu.
Berislam saja telah mengangkat kehormatan diri seseorang. Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat mencintai umatnya. Lebih jauh lagi, Rasulullah SAW menghargai setiap puing tubuh manusia. Bukankah beliau telah mengajarkan bagaimana cara membersihkan anggota tubuh bagaimana cara membuang anggota tubuh yang selalu beliau ajarkan untuk ditanam, dan beliau mengajarkan bagaimana memperlakukan orang yang telah mati baik mati secara biasa maupun syahid. Di hari kiamat kelah, Rasulullah adalah orang yang paling sibuk. Beliau sibuk mencari umatnya. Umat yang bahkan beliau sebut di akhir hayatnya. Kenapa malu? Berislam saja telah mengangkat kehormatanmu hingga engkau menjadi satu dari wasiat nabi. Tak hanya itu, Allah juga memberi kehormatan bagi umat muslim melalui firmanNya, salah satunya sebagai berikut.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS.Ali Imran:110)
Banggalah menjadi muslim. Jangan malu melakukan kebaikan. Malulah ketika berbuat dosa dan kedzaliman.
Komentar
Posting Komentar